Minggu, 24 Oktober 2010

DUA BULAN DOANG MENIKMATI JADI PD


Percaya atau tidak, sejak kecil 90% setiap kali makan daging ayam, saya selalu mendapatkan leher ayam. Disengaja ataupun tidak disengaja. Dulu ketika kami masih tinggal di rumah mama Papa (karena sejak SMA kami sudah harus merantau), saat ada kesempatan potong ayam, saya selalu kebagian leher ayamnya. Sengaja atau tidak disengaja. Saya pikir kebiasaan ini hanya sekedar kebiasaan di rumah kami saja. Waktu makan daging ayam entah di pesta atau rumah tetangga atau orang lain, kebanyakan saya dapat leher ayam. Tidak bermaksud untuk menginterpretasikan kejadian-kejadian ini, tapi saya terus bertanya dalam benak saya, apa maksudnya ini?

Tanpa bermaksud mempercayai segala sesuatu pertanda hidup, tapi saya sudah memikirkan bahwa kemungkinan saya tidak akan bisa menjadi pemimpin tertinggi. Top Leader mungkin tidak, tetapi untuk berada di bawah top leader saya siap. Ibarat kepala ayam dan leher ayam tadi. hehheee...

Pengalaman membuktikan itu. Dulu saat di asrama sempat menjadi ketua asrama. Waktu itu saya merasa bahwa beban yang saya hadapi sangat berat. Memang demikianlah beban seorang pemimpin. Selama dan pasca studi sarjana, saya sering diminta untuk memimpin sesuatu. Tetapi perasaan saya mengatakan bahwa saya tidak semampu orang lain dalam hal memimpin. Ada yang selalu saya pikirkan lebih layak dari saya untuk memimpin. Selama menjadi pengajar, saya hanya menjadi pembantu ketua II bidang Administrasi dan keuangan. Bagi saya, itu yang bisa saya lakukan. Selama beberapa kali saya juga pernah diminta untuk menjadi station Manajer untuk sebuah Radio Swasta di kota Kupang, namun bagi saya, ada orang lain yang lebih pantas untuk menjadi pemimpin dan saya cukup berada di bawah dan menyokong atasan. Keyakinan itu sangat kuat dalam diri saya. Bahkan untuk menjadi koordinator penyiar saja saya sulit untuk menerimanya.

Hingga suatu saat saya diminta untuk menjadi Program Directot untuk Radio Suara Kupang. Setelah diberi uraian tugas yang harus saya kerjakan dan diberi dorongan yang cukup, maka sadarlah saya bahwa saya ternyata bisa melakukannya. Tentu saja atas bantuan seorang direktur operasional yang baik. hehheee. Enakan. Ternyata menjadi PD adalah sebuah pekerjaan yang berat. Tetapi mengasyikkan. Pekerjaan yang harus dilakukan menyangkut bertanggung jawab penuh terhadap kelancaran jalannya keseluruhan aktivitas siaran secara umum mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai pada tahap evaluasi dan pengawasan.

Tanggungjawab seorang Program Director versi tempat saya bekerja secara struktural adalah bersama sama dengan dua bagian lain yakni Music Director (eMDi) dan Administratur mempertanggungjawabkan pekerjaan mereka untuk seorang Station Manager. Di Radio Suara Kupang, tempat saya mengabdi, Program Director yang saya terima membawahi Koordinator Siaran, Produksi dan Koordinator News. Suatu pekerjaan yang mustahil dijalankan seorang manusia berbau kencur bernama Medison Tanesib. Apalagi pekerjaan ini saya jalankan dengan pekerjaan-pekerjaan "nyambi" lain yang tidak membuat saya fokus. Teteapi intinya adalah tugas saya sebagai Program Director pada Radio suara Kupang adalah berusaha mengatur penyiar untuk bersiaran dengan membuat schedule, mengawasi pelaksanaan schedulle, dan mengawasi isi siaran. Yang ini sih sebenarnya kuncinya hanya pasang telinga saja ke radio. Pantau semua apa yang diudarakan. Apakah artikulasi penyiar sudah jelas, dialeknya tidak "kampungan," putar iklan sesuai dengan rencana siar, baca berita dengan jelas dan kualitas lagu yang diputar enak di telinga? Masalahnya penyiar dari dulu adalah kalau lagi berhalangan hadir dan mendadak. Nahhhhh itu masalah. Makanya sebaiknya PD sudah merumuskan (bersama-sama dengan penyiar) apa-apa yang harus dijalankan dan apa-apa yang akan menjadi sanksi kalau tidak dijalankan. PD juga mengurus produksi-produksi yang harus di on airkan. Di antara pengalaman saya, ada insert program dan iklan-iklan spot. Terhadap News, PD zaman saya lumayan ringan karena koordinator News dipegang langsung oleh St. Manajer yang membuat saya tidak terlalu pusing banyak.

Pekerjaan ini saya tekuni selama dua bulan dan sempat dua kali menyusun dan menyampaikan laporan tertulis di rapat bulanan station. Tapi karena ada gangguan pada pemancar dan antene radio kami, pekerjaan itu harus ditinggal. Sekarang, saat tulisan ini saya tulis, Suara Kupang sedang berbenah untuk bangkit kembali setelah perbaikan pemancar dan antenne. SEMOGA.