Sabtu, 04 Juni 2011

BUPATI DAN KEPALA DINAS BERHATI HAMBA



Saya dapat cerita tentang dua orang ini dari sumber yang bisa dipercaya. Yang pertama, sang Bupati. Informasinya saya dapat dari buku otobiografi sang bupati. Buku itu diberikan secara langsung ke saya dalam sebuah pertemuan pribadi dengan beliau di rumah pribadinya di bilangan Tuak Daun Merah,Kupang. Dari buku itu saya dapat cerita sang bupati tentang kebiasaannya yang dilakukan sejak muda. Sang Bupati adalah aktivis pelayan Sekolah Minggu yang di lingkungan Gereja Masehi Injili di Timor dikenal dengan sebutan PAR (Pelayanan Anak dan Remaja), sekarang. Dulunya bernama KAKR (Kebaktian anak dan Kebaktian Remaja). Hal yang luar biasa saya dapatkan, Sang bupati, yang sekarang telah memantan itu adalah seorang pelayan Sekolah Minggu. Rela mengorbankan waktu dan tenaganya untuk bersama pemuda-pemudi yang lain menghamba kepada Tuhan dengan melayani anak-anak. Dan hamba itu adalah seorang Bupati yang sekarang sudah mantan. Orang besar seperti beliau kok mau menghamba melayani anak-anak yah? Dan dia adalah Ir. Ansgerius Takalapeta. Mantan Bupati Alor

Orang kedua ini benar-benar adalah orang besar. Badannya besar dan jabatnnya juga besar. Beliau punya postur yang tidak sama dengan orang kebanyakan, dan menduduki jabatan kepala Dinas pula. Cerita yang membuat saya menyimpulkan bahwa beliau ini adalah pemimpin berhati hamba saya dapatkan langsung dari mulutnya sendiri. Beberapa kali saya mengikuti seminar yang mana beliau pembicaranya. Kata-katanya selalu "berbau" rohani dan pengalaman-pengalamannya luar biasa. Ia bercerita, ia dari desa di Alor(sama dengan Pak Ans-sang Bupati) dan karena kemurahan Tuhan bisa kuliah di Kupang, pernah mengajar di Kupang dan menjadi Kepala sekolah negeri unggulan, bahkan akhirnya menjadi kepala dinas PPO. Tapi sejak muda, sampai menjadi kepala dinas, beliau setia menjadi guru sekolah Minggu. Beliau juga tetap menjadi pemimpin paduan suara atau koor di gereja, dan majelis gereja sampai berperiode-periode. Dia adalah Drs. Maxwel Halundaka. Pribadi yang luar biasa.

Koq mau ya? Dua orang ini terus melayani dan setia dengan pendidikan pada anak-anak sampai mereka tua? Apa tidak malu, kepala dinas masih mimpin koor dan jadi guru Sekolah Minggu? Jawaban pak Max sederhana, Kenapa harus Malu, saya di gereja bukan kepala Dinas. Di gereja tidak ada kepala dinas. Ada anak Tuhan.

Beribu tanya seolah berjuang di dalam kepala saya? Kenapa mereka mau? Bagaimana tanggapan bawahan mereka saat melihat mereka terus melayani anak-anak? Apa metode mereka? Kenapa harus dua-duanya orang desa? Kenapa dua-duanya ini orang Alor? Dan ribuan pertanyaan lain.

Satu kesimpulan yang sederhana dan pelajaran saya peroleh hari ini. Mereka orang-orang yang berhati hamba. Orang besar yang demikian yang dicari gereja. Trimakasih Pak Ans dan Pak Max.