Minggu, 27 Juni 2010
HANYA ADA DI KUPANG
Saya memang tidak lahir di kota Kupang. Tidak dibesarkan di Kupang. Dan tidak tahu apapun tentang Kupang sebelum saya lulus Sarjana dan kembali ke Kupang. Karena itu hal-hal yang berhubungan dengan kebiasaan di Kupang tidak pernah saya ketahui. Saya baru mengalaminya saat saya menamatkan studi saya 2005 yang lalu di Jogja, dan kembali ke pulau tempat saya dilahirkan, Timor. Bagi orang Timor yang lahir di pedalaman Timor seperti saya, kekasaran adalah sesuatu yang tidak lumrah. Betapa kagetnya saya ketika sampai di pelabuhan Tenau, disambut dengan bentakan orang-orang yang berampasan ingin menjemput keluarganya.
Hari-hari pertama di Kupang memang berat. Maklum budayanya beda sekali dengan kebiasaan orang Timor, sekaligus beda dengan kebiasaan orang Jogja tempat saya menuntut ilmu. Maklum saja, saya dari kampong bernama Kapan yang orang-orangnya kebanyakan santun, dan study di satu tempat bernama kalasan yang santun juga orangnya.
Suatu pagi saat kami tiba di Kupang, saya mau ke kamar mandi. Kebetulan tuan rumah tempat saya menginap, tinggal bersamaan dengan induk semang mereka karena ngekos ceritanya. Saat lewat di depan Ibu Kost saya selalu mengucapkan "permisi." Pertama kali permisi masih di jawab, balik lagi permisi lagi, masih di jawab kali ketiga dan keempat dengan muka yang tidak bersahabat dan berikutnya dapat bentakan. Lewat permisi...lewat permisi..... Capek yang jawab (dalam logat kupang yang kental). Ini hanya ada di Kupang. Kalau sering-sering mengucapkan permisi setiap kali lewat depan orang, Bahaya.
Hal unik lain adalah menumpang angkutan kota di Kupang. Pemuda-pemudi di Kupang akan lebih suka naik angkot bermusik suangat keras. Ada bahkan, ibu-ibu yang tidak merasa terganggu saat naik angkot dan musiknya sangat keras. Padahal telinga kita rasanya sudah Saat naik angkotnya pun lain. Sesudah naik angkot orang yang duduk dekat pintu tidak akan bergeser, walaupun ada kesan dia menutup-nutupi jalan. Cara lain yang unik adalah saat penumpang di sebelah tempat duduk kita pindah dan kita harus bergeser ke tempatnya, kebiasaan di Kupang, tempat duduknya ditepuk dulu dengan keras sebelum diduduki. Terkesan yang barusan duduk di tempat itu kotor, najis, dan bekas pantatnya duduk ada kumannya. hehhee. aya-aya wae.
Itu baru satu. Ada yang aneh juga di Kupang saat hari Jumat daqn hari Minggu. Free Helm untuk hari minggu dan hari Jumat. Kendatipun ada Polisi, jarang ada orang yang dicegat dan ditegur hanya karena tidak mengenakan helm. Kenapa? Karena orang yang mau ibadah di hari minggu akan sulit untuk mengenakan helm karena rambutnya sudah tertata rapi. Sama juga dengan yang mau ke Masjid saat hari Jumat. Saya heran dengan aturan ini. Siapa yang salah?
Masih banyak lain yang hanya ada di Kupang? Mau buktikan? Silakan datang di Kupang dan selamat menikmati.
Selasa, 15 Juni 2010
AKU BERGELAR DOKTOR
Rasanya cukup lama raib dari dunia blog-blog-an. Syukurlah ada yang mengingatkan untuk kembali ke alamku. Hehehehe. Meminjam istilahnya teman,sekarang saya "go-blog."
Bicara tentang 'go-blog,' rasanya tidak enak, kalau ada yang menyebut kita goblok. Sebodoh-bodohnya orang, dia akan marah besar dengan sebutan itu. Orang akan bangga kalau sudah selesai studi dan mendapat gelar. Masih hangat dalam ingatan, dulu ada beberapa orang yang lulus D2 PGSD, dari UT pula, bangga sekali dengan foto wisudanya. Sesudah di wisuda dengan gelar A.Ma Pd yang jarang digunakan itu, mereka bangga sekali. Apalagi yang diwisuda dengan gelar Sarjana. Di Kupang, syukuran wisuda SARJANA bisa semalam suntuk pestanya. Maklum, selain makan-makannya, ada mabuk-mabukannya, ada dansa-nya, dan tidak jarang ada berkelahi dan perang sukunya. Ironis. Sesudah itu, nganggur. Alaaaaaaaahhhh.... Apalagi kalau bergelar S2. Master apa kek. Rasanya pulau Timor ini terlalu sempit untuk gelarnya. Puanjang buanget. Tapi perkenankan saya untuk memperkenalkan diri dan gelar baru saya. DOKTOR. Ckckckckc. (Bantu dong, berdecak kagum karena gelar saya)
Gelar baru ini saya didapat dari membaca buku. Tidak ada kaitan dengan ilmu pengetahuan bukunya. Kaitannya dengan biografi tokoh NTT, Ir. Ansgerius Takalapeta, bapaknya orang-orang dari Kabupaten Alor. Katanya dulu waktu mulai merintis kariernya, beliau sering tidur di Kantor. Karena sering tidur dikantor itulah dia disebut Tuan Doktor (MonDOK di KanTOR).Nampaknya sayapun harus menerima gelar baru itu. DOKTOR. Maklum, karena kondisi dan lain-lain dan lain-lain dan lain-lain, maka moDOKlah saya di kanTOR (DOKTOR). Ijazahnya menyusul. Heheheee
Langganan:
Postingan (Atom)