Sabtu, 06 November 2010
ARTI PENGHARAPAN
1. Arti Pengharapan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diterangkan bahwa pengharapan berasal dari kata dasar harap yang berarti mohon, minta, keinginan supaya sesuatu terjadi dan sesuatu itu biasanya hal yang sesuai dengan kebutuhan atau keinginan.
2. Pengharapan yang Alkitabiah
Kitab Ibrani 6:19-20 menyaksikan bahwa: “Pengharapan adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai perintis bagi kita, ketika Ia menurut pengertian Melkisedek, menjadi imam Besar sampai selama-lamanya.”
3. Hubungan iman dan pengharapan
Pengharapan tidak berdiri sendiri tapi berkaitan dengan iman, karena iman membuat orang memiliki pengharapan kepada Allah. Iman menempatkan manusia memiliki kepercayaan kepada Allah, sehingga ia dapat menaruh pengharapan kepada Allah. Pengharapan adalah sikap orang percaya yang mengenal Allahnya. Tidak ada pengharapan yang tidak dikaitkan dengan Allah yang menguasai alam semesta ini.
Mengharapkan berbeda dengan menginginkan. Menginginkan adalah sikap dan cara hidup yang berharap seperti yang kita inginkan, seperti yang kita pikirkan, seperti yang kita mau. Sedangkan pengharapan adalah sikap dan cara hidup yang mengandalkan pada apa yang hendak Allah lakukan. Pengharapan berkaitan dengan apa yang akan Allah kehendaki, lakukan untuk seseorang dan untuk berbagai hal yang berkaitan dengan segala hidup dan kehidupan seseorang.
Pengharapan bertumbuh dalam iman dan diwujudkan dalam cara:
1. Berdoa
2. Membaca Firman Tuhan
3. Beribadah
4. Hidup dalam Pengharapan
Hidup dalam pengharapan adalah hidup yang mendasarkan diri pada anugerah keselamatan Allah di dalam diri Tuhan Yesus Kristus, karena di dalam diri-Nya ada pengharapan kehidupan.
Hidup dalam pengharapan adalah hidup yang:
a. Mengakui bahwa Allah adalah penguasa hidupdan kehidupan, Allah adalah penguasa dunia ini. Oleh karena itu manusia perlu ikut serta menjaga, memelihara, dan merawat dunia ini.
b. Mengakui bahwa Allah bukanlah pencipta kejahatan dan penderitaan manusia. Allah tidak akan membiarkan kejahatan sebagai sumber penderitaan merajalela di dalam dunia, karena kejahatan bertentangan dengan sifat-Nya
c. Mengimani bahwa Allah menaruh perhatian secara pribadi kepada orang-orang pilihan-Nya. Pengharapan ini memberikan sukacita dalam hidup orang percaya bahwa orang-orang pilihan Allah akan selalu ada dalam pimpinan dan penyertaan Allah. Kalaupun terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan, harus diimani bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kerangka kehendak, rencana, dan pimpinan Allah.
5. Pengharapan sebagai Sikap dan cara hidup Manusia
Sikap dan cara hidup yang berpengharapan dapat dilakukan dengan
1.Selalu berpikir dan bertindak atas dasar bahwa “pasti ada jalan keluar.” Sesulit apapun persoalannya, jalan keluar selalu tersedia. Yang perlu diingat, kesulitan adalah bukan akhir dari segala-galanya. Kesulitan adalah alat Bantu bagi kita untuk menemukan jawaban atau jalan keluar yang terbaik dari setiap masalah yang ada. Kesulitan bukanlah jalan buntu dari masalah tapi kesulitan adalah jalan keluar yang tertunda.
2.Tekun dan berdayajuang tinggi. Ini merupakan syarat untuk bias memiliki pengharapan yang berkemenangan.
3.Sanggup menghadapi segala tantangan kehidupan. Tantangan kehidupan adalah sebuah harapan bahwa di balik sebuah tantangan, selalu ada makna, hasil sesuatu yang didapatkan.
4.Berserah kepada kehendak Tuhan
Filipi 4:13 menyaksikan bahwa “segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Tuhan mengharapkan penyerahan diri kepada-Nya. Hidup sebagai orang percaya bukanlah hidup yang hanya untuk mendapatkan sesuatu dari Tuhan, tetapi hidup untuk menyingkirkan segala sesuatu yang tidak perlu sehingga semakin dekat kepada-Nya.
6.Contoh Sikap dan Pengharapan secara Alkitabiah
Ada beberapa contoh di dalam Alkitab tentang tindakan hidup berpengharapan:
a.Matius 25:1-1
Menceritakan tentang lima orang anak dara yang setia menanti dalam pengharapan dengan m
B.Matius 5:3-12
Merupakan sikap pengharapan kristiani bahwa orang yang berbahagia adalah orang yang berjuang untuk mencapai kebenaran Allah
7. Kesimpulan
Hidup berpengharapan dapat mengandung perngertian
a. Sikap dan tindakan yang percaya akan daytangnya langit baru dan bumi Baru yang didasarkan pada kuasa kebangkitan Yesus (1Kor. 15:14). Langit dan bumi baru adalah suasana hidup di mana segala sesuatu diperbaharui dalam kuasa kebangkitan Kristus (2Petrus 3:12)
b.Sikap dan tindakan hidup yang terus menerus berjuang menuju kesempurnaan Allah
c.Hidup yang terus memandang ke depan kepada rencana Allah, mau memperjuangkan keadilan Allah, kesejahteraan manusia dan memberantas penyakit dan kebodohan serta menyatakan shalom Allah
d.Tidak melarikan diri dari kenyataan hidup sehari-hari
e.Hidup yang mengatasi kesulitan hidup dengan memperjuangkan terwujudnya keadilan dan kebenaran Allah
f.Bukan hidup yang pesimis terhadap perkembangan dunia masa kini. Perkembangan dunia justru menjadi alat picu yang menantang dan mendorong orang percaya mewujudkan pengharapan imannya
8. Rangkuman
Berpengharapan berarti memiliki keinginan supaya sesuatu terjadi dan sesuatu itu biasanya adalah hal yang sesuai dengan kebutuhan atau keinginan. Kitab Ibrani 6:19-20 menyaksikan bahwa pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita. Hidup sebagai orang percaya adalah hidup yang bukan hanya untuk mendapatkan sesuatu dari Tuhan tetapi untuk menyingkirkan segala sesuatu yang tidak perlu. Berpengharapan berarti terus memandang ke depan, memperjuangkan keadilan Allah, memberantas segala macam penyakit dan kebodohan. Hidup yang mengusahakan dan menyatakan Shalom Allah
ARTI IMAN
A. STANDAR KOMPETENSI
Nilai-nilai Kristiani: Hidup bersyukur dalam segala situasi serta hidup beriman dan berpengharapan
B. KOMPETENSI DASAR
1.2. Mewujudkan Hidup Beriman dan Berpengharapan
C. INDIKATOR
1. Mendeskripsikan pengertian Iman
2. Menjelaskan pengertian iman secara Alkitabiah
3. Menjelaskan arti hidup beriman
D. MATERI AJAR
1. Pengertian Iman
Iman dalam bahasa Ibrani adalah “aman” yang dalam Perjanjian Lama berarti ‘berpegang teguh’ pada keyakinan yang dimiliki atau berketetapan hati untuk meyakini sesuatu karena sesuatu itu dapat dipercaya dan diandalkan. Kata iman selalu dikaitkan dengan kepercayaan kepada Allah. Karena itu ‘beriman kepada’ tidak dapat disamakan dengan ‘percaya kepada.’ Dalam bahasa Yunani, disebut dengan ‘pistis,’ dan bahasa Latin menyebut iman dengan kata ‘fides,’ juga ‘faith’ dalam bahasa Inggris.
Iman dimaksudkan untuk menunjukkan adanya hubungan manusia dengan Allah. Hubungan yang didasarkan pada sikap atau tindakan manusia yang percaya dan mempercayakan hidupnya kepada Allah. Manusia beriman adalah manusia yang mengiyakan, mengamini, menaruh kepercayaan dan harapan, mengandalkan, berpegang teguh, percaya dan mempercayakan diri pada Allah sebagai sumber dan dasar hidup.
Iman dan beriman merupakan tindakan manusia untuk mengenal Allah, sebagaimana Ia mengenal manusia. Allah dikenal sebagaimana Ia hendak dikenal dan yang seharusnya Dia dikenal. Iman dan beriman mengikatkan menusia kepada Allah bahwa Allah mengasihi kita, memelihara kita dan memperhatikan segala kebutuhan hidup kita. Imanlah yang membawa kita pada keselamatan di dalam Allah.
2. Pengertian Iman secara Alkitabiah (Ibrani 11:1)
Secara Alkitabiah, Ibrani 11:1 menjadi pegangan untuk mengartikan kata iman. Dalam Ibrani 11:1 diterangkan bahwa: “ iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”
Ada dua hal yang terkandung dalam pengertian iman ini.
1. Dasar
Merupakan sesuatu yang dapat membuat kita tetap berdiri teguh, sehingga bila dating tantangan atau cobaan, iman bias menjadi dasar yang kuat dalam menghadapinya.
2. Bukti
Merupakan sesuatu yang benar-benar terjadi dan dialami oleh seseorang. Bukti menempatkan seseorang untuk tetap mempertahankan apa yang teruji benar walaupun tidak kita lihat tetapi dapat dipercaya karena bukti.
Iman seperti inilah yang telah membawa tokoh besar dalam Alkitab kepada keselamatan. Kita dapat belajar dari mereka yang dapat dijadikan teladan iman, antara lain:
1. Abraham yang telah meninggalkan bapak dan saudara-saudaranya menuju negeri yang belum diketahui, ia hanya mematuhi perintah Allah tanpa melawan hingga akhirnya ia menjadi bapak orang percaya, semuanya karena imannya kepada Allah
2. Perempuan Kanaan (Matius 15:21-25)
3. Perwira di Kapernaum (Lukas 7:1-10)
4. Habel yang karena imannya telah mempersembahkan korban terbaik bagi Allah dan korbannya diterima (Ibrani 11:4)
5. Henokh yang terangkat supaya tidak mengalami kematian
Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa mereka adalh orang-orang yang dengan segenap hati dan jiwa dan akal budinya percaya kepada Allah. Mereka bukan saja percaya tetapi juga melakukan sesuatu sebagai wujud percayanya. Beriman berarti meyakini firman Tuhan dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pengertian Hidup Beriman
Iman merupakan sikap percaya dan mempercayakan diri pada Allah bahwa Allah mengasihi kita dan memperhatikan segala kebutuhan hidup kita. Iman juga merupakan dasar dari yang kita harapkan dan bukti dari yang tidak kita lihat. Hidup beriman mengandung beberapa hal antara lain:
a. Penyerahan diri secara total kepada Allah
Ini merupakan penyerahan diri yang melampaui batas pemikiran dan kemampuan
manusia. Dalam hal ini perlu sikap rendah hati dan ketaatan
b. Ketaatan dan kesetiaan kepada Allah adalah sikap untukselalu memegang kebenaran
Allah dalam segala persoalan kehidupan, mendasarkan segala sesuatu pada kebenaran
Allah.
c. Iman disertai dengan perbuatan. Hidup beriman tidak sekedar bicara tentang percaya
saja, tetapi dikaitkan dengan perbuatan (Yakobus 2:17)
4. Rangkuman
Iman merupakan sikap percaya dan mempercayakan diri bahwa Allah mengasihi kita, memelihara dan memperhatikan segala kebutuhan kita. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Iman harus diwujudkan dengan perbuatan.
Minggu, 24 Oktober 2010
DUA BULAN DOANG MENIKMATI JADI PD
Percaya atau tidak, sejak kecil 90% setiap kali makan daging ayam, saya selalu mendapatkan leher ayam. Disengaja ataupun tidak disengaja. Dulu ketika kami masih tinggal di rumah mama Papa (karena sejak SMA kami sudah harus merantau), saat ada kesempatan potong ayam, saya selalu kebagian leher ayamnya. Sengaja atau tidak disengaja. Saya pikir kebiasaan ini hanya sekedar kebiasaan di rumah kami saja. Waktu makan daging ayam entah di pesta atau rumah tetangga atau orang lain, kebanyakan saya dapat leher ayam. Tidak bermaksud untuk menginterpretasikan kejadian-kejadian ini, tapi saya terus bertanya dalam benak saya, apa maksudnya ini?
Tanpa bermaksud mempercayai segala sesuatu pertanda hidup, tapi saya sudah memikirkan bahwa kemungkinan saya tidak akan bisa menjadi pemimpin tertinggi. Top Leader mungkin tidak, tetapi untuk berada di bawah top leader saya siap. Ibarat kepala ayam dan leher ayam tadi. hehheee...
Pengalaman membuktikan itu. Dulu saat di asrama sempat menjadi ketua asrama. Waktu itu saya merasa bahwa beban yang saya hadapi sangat berat. Memang demikianlah beban seorang pemimpin. Selama dan pasca studi sarjana, saya sering diminta untuk memimpin sesuatu. Tetapi perasaan saya mengatakan bahwa saya tidak semampu orang lain dalam hal memimpin. Ada yang selalu saya pikirkan lebih layak dari saya untuk memimpin. Selama menjadi pengajar, saya hanya menjadi pembantu ketua II bidang Administrasi dan keuangan. Bagi saya, itu yang bisa saya lakukan. Selama beberapa kali saya juga pernah diminta untuk menjadi station Manajer untuk sebuah Radio Swasta di kota Kupang, namun bagi saya, ada orang lain yang lebih pantas untuk menjadi pemimpin dan saya cukup berada di bawah dan menyokong atasan. Keyakinan itu sangat kuat dalam diri saya. Bahkan untuk menjadi koordinator penyiar saja saya sulit untuk menerimanya.
Hingga suatu saat saya diminta untuk menjadi Program Directot untuk Radio Suara Kupang. Setelah diberi uraian tugas yang harus saya kerjakan dan diberi dorongan yang cukup, maka sadarlah saya bahwa saya ternyata bisa melakukannya. Tentu saja atas bantuan seorang direktur operasional yang baik. hehheee. Enakan. Ternyata menjadi PD adalah sebuah pekerjaan yang berat. Tetapi mengasyikkan. Pekerjaan yang harus dilakukan menyangkut bertanggung jawab penuh terhadap kelancaran jalannya keseluruhan aktivitas siaran secara umum mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai pada tahap evaluasi dan pengawasan.
Tanggungjawab seorang Program Director versi tempat saya bekerja secara struktural adalah bersama sama dengan dua bagian lain yakni Music Director (eMDi) dan Administratur mempertanggungjawabkan pekerjaan mereka untuk seorang Station Manager. Di Radio Suara Kupang, tempat saya mengabdi, Program Director yang saya terima membawahi Koordinator Siaran, Produksi dan Koordinator News. Suatu pekerjaan yang mustahil dijalankan seorang manusia berbau kencur bernama Medison Tanesib. Apalagi pekerjaan ini saya jalankan dengan pekerjaan-pekerjaan "nyambi" lain yang tidak membuat saya fokus. Teteapi intinya adalah tugas saya sebagai Program Director pada Radio suara Kupang adalah berusaha mengatur penyiar untuk bersiaran dengan membuat schedule, mengawasi pelaksanaan schedulle, dan mengawasi isi siaran. Yang ini sih sebenarnya kuncinya hanya pasang telinga saja ke radio. Pantau semua apa yang diudarakan. Apakah artikulasi penyiar sudah jelas, dialeknya tidak "kampungan," putar iklan sesuai dengan rencana siar, baca berita dengan jelas dan kualitas lagu yang diputar enak di telinga? Masalahnya penyiar dari dulu adalah kalau lagi berhalangan hadir dan mendadak. Nahhhhh itu masalah. Makanya sebaiknya PD sudah merumuskan (bersama-sama dengan penyiar) apa-apa yang harus dijalankan dan apa-apa yang akan menjadi sanksi kalau tidak dijalankan. PD juga mengurus produksi-produksi yang harus di on airkan. Di antara pengalaman saya, ada insert program dan iklan-iklan spot. Terhadap News, PD zaman saya lumayan ringan karena koordinator News dipegang langsung oleh St. Manajer yang membuat saya tidak terlalu pusing banyak.
Pekerjaan ini saya tekuni selama dua bulan dan sempat dua kali menyusun dan menyampaikan laporan tertulis di rapat bulanan station. Tapi karena ada gangguan pada pemancar dan antene radio kami, pekerjaan itu harus ditinggal. Sekarang, saat tulisan ini saya tulis, Suara Kupang sedang berbenah untuk bangkit kembali setelah perbaikan pemancar dan antenne. SEMOGA.
Rabu, 08 September 2010
PPL
Adalah pengalaman pertama untuk mengikuti Program Pengalaman Lapangan atau Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) untuk menjadi guru. Di sekolah Theologia dulu, kami diberi kesempatan untuk mempraktekan ilmu kami dengan setiap jumat hingga senin pagi wajib berada di tengah-tengah jemaat dan melayani mereka. Semasa kuliah, ini kami sebut sebagai Week End. Istilah “week end” bagi kebanyakan orang mungkin sesuatu yang menyenangkan karena bias berlibur atau pergi ke luar kota, santai dan banyak kegiatan relaksasi lainnya. Tapi week end bagi kami mahasiswa Tgeologia (dulu) adalah waktu yang cukup menegangkan. Disebut menegangkan karena setiap jumat siang, saat mendengar bunyi Adzan dari Masjid tetangga asrama kami, itu adalah semacam komando bahwa kami sudah harus keluar dari asrama menuju ke tempat pelayanan kami di desa-desa sekitar Jogjakarta dan Jawa Tengah, tinggal di rumah-rumah jemaat dan bersosialisasi dengan mereka untuk akhirnya melayani mereka. Yang perlu kami lakukan adalah hadir di tengah-tengah jemaat dan masyarakat Jawa (kebetulan saya di desa Terbah di Gunung Kidul, Yogyakarta), hidup selayaknya orang Jawa dan berusaha menjadi bagian dari mereka untuk akhirnya melayani mereka. Rutinitas pendeta di tengah jemaat sekali.
Menjelang lima tahun sesudah tamat kuliah, yang kebanyakan saya dihadapkan pada mahasiswa, atau murid-murid sekolah, saya harus kembali melakukan observasi dan adabtasi lagi dengan lingkungan sekolah. Awalnya karena ketertarikan saya di dunia pendidikan. Sejak tamat sekolah theologia, kebanyakan saya bergerak di bidang pendidikan. Pernah dipercaya mengasuh mata kuliah hermeneutika di STII Kupang dan bahasa Ibrani. Lima tahun sudah belajar untuk mengajar. Kemudian merambah ke sekolah lain seperti STTP di Kupang, ke STT Berkat di Camplong dan kemudian ke tingkatan SMA yakni ke SMTK Musafir Kupang. Perluasan ini membuat saya semakin tertarik untuk menjadi pengajar saja. Bukan karena ikut-ikutan, namun karena keterpanggilan saya melihat kebutuhan di sekolah dan gereja.
Sejak mengikuti program Akta Mengajar di Universitas Nusa Cendana Kupang, saya merasa bahwa ada banyak yang harus saya benahi dari cara mengajar saya. Misalnya mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi seluruh pembelajaran. Jujur saja selama bertahun-tahun mengajar di STII, STTP, STT Berkat, saya belum terlalu banyak mengetahui tentang cara yang paling tepat mempersiapkan diri, yang tidak sekedar bermodal berani dan nekad saja tetapi harus mempersiapkan administrasi pembelajaran di kelas juga. Syukurlah, ada sedikitpengalaman lapangan sebelum betul-betulkuliah dan di PPL-kan ke ‘the real school.” Di SMTK Musafir Kota Kupang, memang administrasi untuk pembelajaran juga kami lakukan. Bahkan puji Tuhan, sekolah kami memiliki Silabus bahasa Yunani dan Ibrani yang kami usahakan sendiri dengan panduan kurikulum untuk SMTK.
Akhir Agustus 2010, kami mulai dilepas untuk mengikuti Program Pengalaman Lapangan. Rumit juga urusan untuk akhirnya bias PPL. Dimulai dengan pembekalan yang dilakukan UPT PPL undana. Kami mahasiswa Akta Mengajar dikumpulkan dengan teman-teman yang regular dan diberitahu aturan-aturan selama PPL. Harus berpakaian rapih, bertindak seperti seorang guru, dan melakukan tugas administrasi di sekolah dan kegiatan manajemen sekolah. Setelah carut marut urusan di kampus dengan UPT PPL Undana selesai, berangkatlah kami di antar pihak undana dan diserahkan ke SMP Negeri 1 Kupang. Tidak pernah terbayang untuk mengajar anak-anak SMP dalam benak saya. Puji Tuhan, saya sudah pernah mengajar di Sekolah Tinggi (setingkat di atas SMA), di SMA (SMTK), dan bahkan pernah di Taman Kanak-kanak (TK). Sebuah pengalaman berarti. Dan sekarang di SMP.
Hari-hari pertama PPL di SMP kami dibawa ke kelas untuk melihat guru mengajar dan kami mengamati ‘gelagat’ siswa SMP yang di luar dugaan. Banyak teman bahkan mengaku kalau anak-anak SMP sangat liar. Tapi setelah diikuti ternyata ada trik-trik tersendiri untuk mengajar di SMP. Lain dengan trik di SMA atau Perguruan Tinggi atau bahkan TK. Saat gurunya tidak masuk, kami malah disuruh untuk mengajar.
Dan asal diketahui, PPL dinilai dari Observasi sekloah yakni mengamati dan melaporkan tentang keadaan sekolah secara fisik, orgnisasi, dan kegiatan-kegiatan di sekolah, mengajar terbimbing yang dnilai RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan Pelaksanaan Pembelajaran. Bayangkan, semuanya ini harus ditulis tangan. Memang teknologi mempermudah tapi juga membuat orang malas. Sehingga semua laporan ini harus ditulis tangan. Beruntunglah, hari ini libur Idul Fitri 1 Syawal 1431 H sudah dimulai, jadi bias menulis di blog ini lagi. Semoga pembelajaran terbimbingnya jalan lancer, pembelajaran mandirinya berjalan lancer dan dinilai baik oleh guru pamong dan dosen pembimbing, dan akhirnya bias Ujian serta mengumpulkan laporan PPL. Tuhan yang menuntun ke jalan ini. Puji Tuhan, pasti ada kekuatan utnuk menyelesaikan urusan menjadi guru agama di sekolah. Kerinduan yang terpendam sejak SD ketika ditanya, mau jadi apa. Selalu ada jawaban “jad guru.” Dan selamat dating guru Medison Tanesib. Guru yang tidak hanya bermodal nekad tetapi guru yang pernah mempraktekan bagaimana mempersiapkan pembelajaran dengan menyusun RPP, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya.
Dan semoga Pdt. Imanuel Lakamal, MA dosen pembimbing saya dan ibu Damaris Ch. Mandala, S.Th guru Pamong saya dan Yohai Betty teman semata pelajaran saya mendukung saya dalam penyelesaian PPL ini. Intinya kalau mau PPL, persiapkan mental hadapi anak-anak, ambillah inisiatif untuk konsultasi dengan dosen pembimbing dan guru pamong, bekerjasamalah dengan teman-teman seangkatan di satu sekolah dan kerjakan semua yang direncanaan. Ada satu lagi, mental untuk menghadapi anak-anak SMP harus ada. Kalau tidak bias muntah darah. Hehehee. Yang terakhir ini berlebihan.
Senin, 12 Juli 2010
KAPAN KAWIN?
Berapa kali dalam sehari anda ditanya tentang status hubungan? Mungkin hal ini tidak akan terjadi pada mereka yang masih berkepala dua. Tapi bagi orang yang sudah selesai studi Sarjana, pertanyaan tentang status hubungan mungkin sering akan dihadapinya. Pertanyaan tentang siapa pacar, sudah punya pacarkah atau kapan menikah adalah sering terdengar dan jujur, ini mempengaruhi pikiran seseorang. Apalagi saat melihat orang lain yang notabene teman seperjuangan, setingkat, sesekolah atau teman kerja yang bahkan berumur lebih mudah yang sudah menikah, pasti akan lumayan mengusik kalau tidak ingin dikatakan mengganggu. Jika ingin di data, orang yang berkepala tiga diduga sudah mendengar pertanyaan ini lebih dari duaratuslimapuluh kali. Taksasi asal jadi.
Pernikahan memang menjadi thema menarik jika seseorang sudah mencapai umur yang tepat di pandangan publik. Orang yang belum menikah akan dicurigai macam-macam oleh orang lain. Entah karena miskin, karena belum mampu, karena tidak punya pacar dan alasan-alasan lain yang masuk akal untuk diperbincangkan. Tetapi ada alasan yang cukup rasional juga yang biasanya menjadi pertimbangan seseorang untuk tidak cepat-cepat menikah. Alasan rasional itu menurut saya adalah mendahulukan bekerja dengan mapan dan membantu studi adik-adik saya terlebih dahulu, barulah menikah. Ini memang mengorbankan diri sendiri demi orang lain, tetapi juga masuk akal. Bagaimana mungkin kita menikah, sementara belum punya rumah untuk tinggal bersama sang pasangan, belum ada pekerjaan yang layak untuk dapat menghidupinya dan belum mampu untuk menafkahi secara finansial. Memang sih ada nasehat orang, tidak pernah orang yang menikah itu anak-anaknya mati kelaparan. Akan ada saja berkat dari Sang Khalik bagi orang yang sudah menikah.
Menikah memang akan dilakukan. Ya kapan saja ,,yang penting sudah ada pasangan yang cocok dan sudah ada penghasilan, agama sudah seiman dan siap mental serta sudah niat.
Maka menikahpun terlaksanalah. Tawaran study untuk melanjutkan ke s2 ternyata membuat seseorang untuk menunda dulu menikah. Semoga bidadari pengganti bidadari Magelangku akan segera kusunting. Doakan yah.....
Minggu, 27 Juni 2010
HANYA ADA DI KUPANG
Saya memang tidak lahir di kota Kupang. Tidak dibesarkan di Kupang. Dan tidak tahu apapun tentang Kupang sebelum saya lulus Sarjana dan kembali ke Kupang. Karena itu hal-hal yang berhubungan dengan kebiasaan di Kupang tidak pernah saya ketahui. Saya baru mengalaminya saat saya menamatkan studi saya 2005 yang lalu di Jogja, dan kembali ke pulau tempat saya dilahirkan, Timor. Bagi orang Timor yang lahir di pedalaman Timor seperti saya, kekasaran adalah sesuatu yang tidak lumrah. Betapa kagetnya saya ketika sampai di pelabuhan Tenau, disambut dengan bentakan orang-orang yang berampasan ingin menjemput keluarganya.
Hari-hari pertama di Kupang memang berat. Maklum budayanya beda sekali dengan kebiasaan orang Timor, sekaligus beda dengan kebiasaan orang Jogja tempat saya menuntut ilmu. Maklum saja, saya dari kampong bernama Kapan yang orang-orangnya kebanyakan santun, dan study di satu tempat bernama kalasan yang santun juga orangnya.
Suatu pagi saat kami tiba di Kupang, saya mau ke kamar mandi. Kebetulan tuan rumah tempat saya menginap, tinggal bersamaan dengan induk semang mereka karena ngekos ceritanya. Saat lewat di depan Ibu Kost saya selalu mengucapkan "permisi." Pertama kali permisi masih di jawab, balik lagi permisi lagi, masih di jawab kali ketiga dan keempat dengan muka yang tidak bersahabat dan berikutnya dapat bentakan. Lewat permisi...lewat permisi..... Capek yang jawab (dalam logat kupang yang kental). Ini hanya ada di Kupang. Kalau sering-sering mengucapkan permisi setiap kali lewat depan orang, Bahaya.
Hal unik lain adalah menumpang angkutan kota di Kupang. Pemuda-pemudi di Kupang akan lebih suka naik angkot bermusik suangat keras. Ada bahkan, ibu-ibu yang tidak merasa terganggu saat naik angkot dan musiknya sangat keras. Padahal telinga kita rasanya sudah Saat naik angkotnya pun lain. Sesudah naik angkot orang yang duduk dekat pintu tidak akan bergeser, walaupun ada kesan dia menutup-nutupi jalan. Cara lain yang unik adalah saat penumpang di sebelah tempat duduk kita pindah dan kita harus bergeser ke tempatnya, kebiasaan di Kupang, tempat duduknya ditepuk dulu dengan keras sebelum diduduki. Terkesan yang barusan duduk di tempat itu kotor, najis, dan bekas pantatnya duduk ada kumannya. hehhee. aya-aya wae.
Itu baru satu. Ada yang aneh juga di Kupang saat hari Jumat daqn hari Minggu. Free Helm untuk hari minggu dan hari Jumat. Kendatipun ada Polisi, jarang ada orang yang dicegat dan ditegur hanya karena tidak mengenakan helm. Kenapa? Karena orang yang mau ibadah di hari minggu akan sulit untuk mengenakan helm karena rambutnya sudah tertata rapi. Sama juga dengan yang mau ke Masjid saat hari Jumat. Saya heran dengan aturan ini. Siapa yang salah?
Masih banyak lain yang hanya ada di Kupang? Mau buktikan? Silakan datang di Kupang dan selamat menikmati.
Selasa, 15 Juni 2010
AKU BERGELAR DOKTOR
Rasanya cukup lama raib dari dunia blog-blog-an. Syukurlah ada yang mengingatkan untuk kembali ke alamku. Hehehehe. Meminjam istilahnya teman,sekarang saya "go-blog."
Bicara tentang 'go-blog,' rasanya tidak enak, kalau ada yang menyebut kita goblok. Sebodoh-bodohnya orang, dia akan marah besar dengan sebutan itu. Orang akan bangga kalau sudah selesai studi dan mendapat gelar. Masih hangat dalam ingatan, dulu ada beberapa orang yang lulus D2 PGSD, dari UT pula, bangga sekali dengan foto wisudanya. Sesudah di wisuda dengan gelar A.Ma Pd yang jarang digunakan itu, mereka bangga sekali. Apalagi yang diwisuda dengan gelar Sarjana. Di Kupang, syukuran wisuda SARJANA bisa semalam suntuk pestanya. Maklum, selain makan-makannya, ada mabuk-mabukannya, ada dansa-nya, dan tidak jarang ada berkelahi dan perang sukunya. Ironis. Sesudah itu, nganggur. Alaaaaaaaahhhh.... Apalagi kalau bergelar S2. Master apa kek. Rasanya pulau Timor ini terlalu sempit untuk gelarnya. Puanjang buanget. Tapi perkenankan saya untuk memperkenalkan diri dan gelar baru saya. DOKTOR. Ckckckckc. (Bantu dong, berdecak kagum karena gelar saya)
Gelar baru ini saya didapat dari membaca buku. Tidak ada kaitan dengan ilmu pengetahuan bukunya. Kaitannya dengan biografi tokoh NTT, Ir. Ansgerius Takalapeta, bapaknya orang-orang dari Kabupaten Alor. Katanya dulu waktu mulai merintis kariernya, beliau sering tidur di Kantor. Karena sering tidur dikantor itulah dia disebut Tuan Doktor (MonDOK di KanTOR).Nampaknya sayapun harus menerima gelar baru itu. DOKTOR. Maklum, karena kondisi dan lain-lain dan lain-lain dan lain-lain, maka moDOKlah saya di kanTOR (DOKTOR). Ijazahnya menyusul. Heheheee
Selasa, 30 Maret 2010
KULIAH AKTA IV
Saat tanganku ringan untuk menulis kembali blog-ku ini, semester kedua di Akta IV Undana sedang saya tekuni. Memang menjadi waktu yang cukup melelahkan. Karena banyak orang menggosipkan bahwa kuliah AKTA IV itu pekerjaan yang menyenangkan. Hanya dapat ditempuh dalam beberapa bulan dan langsung dapat AKTA. Lumayan menggiurkan untuk mendapat AKTA IV dengan cara demikian. Karena peluang kerja, katanya akan lebih mudah. Tetapi beberapa berita di surat kabar, pernah menyoal masalah AKTA kilat itu, yang terbukti bermasalah. Belum lama, ada juga informasi bahwa 53 orang di salah satu kabupaten di NTT terlilit masalah dengan ijazah aktanya. Cerita-cerita inilah yang membuat banyak orang wasd-was mengambil AKTA mengajar. Keputusan untuk memulai di Undana, satu-satunya Universitas Negeri di NTT adalah lumayan bijak menurut saya waktu itu. Kendatipun memakan waktu. Sengaja saya tulis bagian ini untuk menjawab beberapa pertanyaan kawan-kawan tentang AKTA IV. Gimana sih kuliahnya? Mata kuliah apa saja yang diajarkan?
Begini, AKTA IV sesungguhnya sekarang kata orang hanya sebagai pelarian untuk mendapat ijazah. Seharusnya sih tidak demikian. Bagi orang yang mau mempertajam ilmu kependidikannya, terutama yang dari non kependidikan, treatmen AKTA IV dengan tiga semester seperti di UNDANA Kupang lumayan membantu. Mungkinkah teman-teman yang lain di AKTA IV Undana juga merasakannya?
Kuliahnya ternyata cukup melelahkan. Maklum, waktunya adalah jam 14.00-17.00 kalau 4 SKS mata kuliahnya. Bagi matrakuliah yang 3 SKS biasanya hanya sampai jam 4 saja. Itupun tergantung dosennya. Tapi biasanya kebanyakan presentasi. Dosen masuk, bahannya dibagikan, cari sumber, dan presentasi per kelompok.
Adapun matakuliah-matakuliah yang diajarkan di AKTA IV (paling tidak di Undana-Entah di tempat lain) adalah:
SEMESTER I
1. Pengantar Pendidikan (3 SKS)
2. Perkembangan Peserta Didik (3 SKS)
3. Belajar dan Pembelajaran (4 SKS)
4. Kemampuan Dasar Mengajar (4 SKS)
5. Perencanaan Pengajaran (3 SKS)
6. Penelitian Pendidikan (3 SKS)
SEMESTER II
1. Pengembangan Bahan Ajar (4 SKS)
2. Strategi Belajar Mengajar (4 SKS)
3. Evaluasi Pengajaran (4 SKS)
4. Kajian Kurikulum Bidang Studi (4 SKS)
SEMESTER III
1. Praktek Lapangan (4 SKS)
So,Kuliahnya tiga semester, kawan-kawan yang tanya.... Semoga ada sedikit gambaran, apa sih yang dibuat di Akta IV. Doakan saya yah....
Langganan:
Postingan (Atom)