Senin, 07 Maret 2011

PENYIAR JUGA MANUSIA



Pasanglah telinga anda pada satu station radio, dan anda tidak hanya akan mendengarkan lagu-lagu, iklan-iklan spot, ad-libs dan jingle station, tapi juga suara orang yang bercuap-cuap di sana. Ya, penyiar radio. Kalau saja seorang penyiar membawakan sebuah acara secara baik dan sudah menjadi ikon dari sebuah program, sang penyiar bisa menuai banyak hal. Ia bisa menuai decak kagum dari pendengarnya. Ia bisa memanen banyak pendengar, menerima banyak SMS atau telfon dari pendengarnya, menuai kunjungan dari para fans, bahkan beberapa pendengar tidak tanggung-tanggung mengirimkan makanan atau bahkan ada sedikit uang untuk sang penyiar. Kalau mau, dia juga bisa memiliki selingkuhan lebih dari satu karena fans-fansnya.

Penyiar radio memang sebuah profesi yang menarik. Di mata pendengar, penyiar radio adalah orang yang pintar, karena ada banyak hal yang dibicarakannya Nampaknya ia menguasai banyak topik. Baru saja jam sebelumnya ia bicara tentang ekonomi, sejam kemudian sudah beralih topik ke teknologi, sebentar lagi ke kesehatan dan sesekali bicara politik. Penyiar radio adalah orang yang menyenangkan karena ada humor-humor segar yang seringkali renyah untuk kuping pendengar. Bahkan kadang romantis karena mendramatisir sesuatu dan berbicara di sela-sela iringan lagu. Wanita-wanita mengaguminya. Entah muda entah yang sudah tua dan bersuami. Pria-pria menyenanginya karena pembawaannya. Dia bisa menjadi teman mengobrol yang baik di telfon dan santun sekali dalam berkata-kata. Cenderung ia ramah.

Tapi para pendengar tidak menyadari bahwa penyiar juga adalah manusia biasa. Tuntutan peran sebenarnyalah yang membuat dia menjadi romantis, pintar, humoris, kebapakan atau keibuan, intelek, hangat dan akrab. Memang penyiar kadang dituntut untuk tidak menjadi dirinya sendiri. Jangan kaget kalau menemui bang Anu, penyiar di radio A yang suaranya romantis, akrab dan hangat itu ternyata tidak sebanding dengan wajahnya yang amburadul, atau bahkan cacat. Atau mbak Ani di radio B yang lemah lembut di radio ternyata tempramental, pemarah, berpakaian ala kadarnya. Atau Mas Anu di radio C yang selalu membawakan acara dengan lagu-lagu oldies dengan suara bass yang bagus ternyata adalah seorang pemuda duapuluhan tahun. Atau mbak Rini di acara talk-show politik itu tidak tamat SMA. Cuma karena dia banyak membaca, jadilah dia host.

Kalau saja ada lagu berjudul “Rocker juga manusia,” maka penyiar juga sesungguhnya manusia. Manusia biasa yang punya banyak masalah dan sering menangis. Tetapi smiling voice-nya harus tetap terdengar di kuping pendengarnya. Entah setelah suara tidak on-air lagi dia harus menangis lagi karena teguran keras dari Station Manajer (SM) atau Program Directornya (PiDi) atau Music Director (eMDi), dia harus tetap tegar dan berpura-pura tidak ada masalah saat DJ Talk berikut karena tuntutan peran. Dia juga bisa saja siaran dengan belum mandi tapi dia menyarankan pendengarnya untuk mandi karena kesehatan kulit itu penting. Ini biasanya terjadi dengan penyiar subuh. Kalau ini pengalaman pribadi. Hehehee.

Penyiar akan minimal kena tegur kalau kebanyakan ngomong kalimat yang basa-basi tapi basi sekali. Terlalu banyak pake “filler” yang kurang penting seperti “yang namanya,” “ya,” “nah,” dan lain-lain. Dia juga akan ditegur kalo kebanyakan ngomong daripada lagunya. Dia juga akan jatuh point kalo hanya mengandalkan sms dari pendengar tanpa tau arah siaran utamanya. Dia juga tidak boleh pilih kasih saat terima telfon. Buanyak sekali tuntutan penyiar. Dan jangan cepat marah kalau kebetulan seorang penyiar salah ucap. Maklum di depannya ada dua komputer, satu mixer, mike dan hybrid telfon juga sms yang harus di baca juga sejumlah ad-libs. Jadi kerjaannya banyak sehingga kalau seolah ngelantur berarti ada yang bermasalah. Entah itu komputernya atau telfonnya atau mixernya atau yang lain. Belum lagi penganggu-pengganggu yang masuk keluar studio saat siaran on air tanpa tahu bahwa penyiar bisa terganggu.

Lain kali kalau anda dengar radio, saran saya ingatlah bahwa penyiar juga manusia. Jangan sampai mengaguminya berlebihan. Ngefans-lah dengan dia. Bangunlah keakraban dengan dia. Tapi jangan sampai anda membayangkan dia tinggi, cakep, dan kenyataan saat ketemua dia kurus dan sederhana. Cantik dan menawan, kenyataan setelah ketemua ia memang cantik tapi buta dan gemuk sekali. Kenyataan, penyiar juga manusia.

Tidak ada komentar: