Jumat, 10 Oktober 2008

Jalan pikiranku dan Arahan TUHAN


Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan arah langkahnya. (Amsal 16:9)

Pemikiran tentang jalan hidup adalah pekerjaan setiap manusia. Terutama mereka yang sudah lulus kuliah dan mulai menapaki pekerjaan. Apalagi mereka yang sudah memasuki usia dewasa. Seorang temanku pernah secara terbuka jujur bahwa dia kebingungan dengan usianya yang sudah hampir kepala empat dan dia belum berkeluarga. Sama dengan temanku, semua orang pasti memikirkn tentang jalan hidup, walaupun tidak semata-mata berhubungan dengan menikah dan berkeluarga. Bagi orang-orang yang belum memiliki pekerjaan yang "mapan," memikirkan jalan hidup karier adalah sesuatu yang normal. Apalagi jika diperhadapkan dengan beberapa pilihan yang masing-masing pilihan belum tentu pasti.

Peristiwa memikirkan jalan hidup pernah juga menjadi bagian hidupku. Saat itu aku masih duduk di tingkat tiga di bangku kuliah. Ketika masalah pelayanan menimpaku, aku berpikir apakah aku akan menyelesaikan studiku dengan baik dan akan berhasil diwisuda. Saat itu tidak ada pikiran apapun yang jelas tentang jalan hidupku. Memasuki tahun kelima dan keenam studiku (seharusnya hanya empat tahun), aku kembali berpikir dalam kebingunganku, apakah aku akan diwisuda? Menjelang aku diwisuda, aku bertanya lagi, apakah pelayanan panti, kampus, sekolah atau gereja yang menjadi pilihanku? Banyak pikiran tentang jalan hidup yang terpikirkan.

Tapi hari ini aku melihat bahwa jalan yang aku pikirkan berbeda dengan cara Tuhan menuntunku. Dalam masa "kritisku" aku justru melihan arahan Tuhan. Aku dapat memiliki sebuah ketrampilan yang tidak kusangka hari ini berguna bagiku. Dulu saat aku berada dalam peristiwa itu, aku tidak menyadarinya. Hampir-hampir aku putus asa. Tapi aku terus berjalan dan maju, dan sekarang aku sadari, arahan Tuhan memang di luar dugaanku.

Trimakasih Tuhan, engkau mengarahkan aku dan memberi aku kekuatan untuk terus melihat jalan-Mu semakin jelas. [MT]

Tidak ada komentar: