Jumat, 31 Oktober 2008

KUAT DALAM KELEMAHAN




Kelemahan sudah menjadi bagian hidup dari semua manusia. Hampir dapat dipastikan bahwa semua makhluk yang bernama manusia pasti pernah mengalami kelemahan. Jika tidak dalam bentuk fisik, kelemahan itu bisa saja datang dalam bentuk emosi, intelek atau rohani. Kekuatan dalam satu segi misalnya dalam hal intelek tidak selalu menjamin ketidaklemahan di sisi lain. Paulus seorang pelayan Tuhan yang luar biasa itu menyebut kelemahan dalam tubuhnya sebagai "duri di dalam daging."

Orang bisa saja menyimpulkan apa yang dimaksud dengan Paulus dengan "duri dalam daging." Misalnya saja dengan mengatakan bahwa duri dalam daging, yang dimaksud Paulus dapat menunjuk masa lalu Paulus. Mengapa masa lalu Paulus menjadi “duri dalam daging” baginya? Firman Tuhan dalam I Timotius 1:13 berkata,”aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.” Hal ini berkaitan dengan apa yang pernah dilakukan Paulus sebelum bertobat yaitu menganiaya orang Kristen (Kisah 8:1-3). Masa lalu itu begitu menghantui Paulus, sehingga ia merasa bahwa masa lalu itu seperti duri dalam dagingnya.

Ada juga yang mengatakan Duri dalam daging dapat juga berarti masalah kesehatan pada matanya. Ini merupakan tafsiran beberapa teolog yang menyatakan bahwa kesehatan pada mata Paulus yang tidak baik, sehingga sangat menggangu pelayanannya.

Hal lain yang duikatakan orang mengenai Duri dalam daging dapat juga berarti bahwa di dalam pelayanan Paulus, ada orang-orang yang tidak senang terhadap dia. Dan orang-orang ini selalu menentang dan berusaha menjatuhkan Paulus dalam pelayanannya.

Apapun pendapat orang terhadap duri dalam daging sebagaimana kata Paulus, tapi dalam refleksi pribadiku malam ini 30 Oktober 2008 aku merasa bahwa ada "duri dalam dagingku." Duri itu adalah peringatan dari dokter beberapa hari yang lalu bahwa aku kemungkinan harus menjalani operasi. Operasi? Sebenarnya kata itu saja telah membuat aku cukup merinding. Maklum aku sangat trauma dengan beberapa teman yang pernah operasi dan aku sempat menjaga mereka di rumahsakit. Pemicu dari kata dokter sebenarnya adalah pusarku. Orang Jawa menyebutnya "udhel." Betapa kagetnya aku karena di puserku ada rasa sakit dan setelah aku mencoba melihatnya, keluar nanah yang membuat aku sendiri minder dengan aromanya. Tidak terlalu banyak sih... Cuma membuat aku takut. Setelah diperiksa dokter memintaku meminum antibiotik yang diresepi oleh dokter dan kata dokter akan berakibat dioperasi jika dalam tiga hari tidak kering atau sembuh. Membayangkan operasi membuat bulu kudukku merinding meskipun dokter menghiburku dengan mengatakan biusnya adalah bius lokal. Moso gara-gara udhel kok operasi to, dok? Medheni tenan. Syukurlah, aku sekarang merasa sedikit nyaman dengan meminum obat itu. Imanku meyakinkan aku bahwa aku tidak harus dioperasi.

"Duri" ini bukanlah satu-satunya duri yang pernah kualami. Sebelumnya aku punya banyak keluhan dengan masalah kesehatan. Misalnya dengan masalah flu berkepanjangan, masalah sariawan yang muncul dua minggu sekali dan kondisi fisik yang rawan de el el de el el. Tetapi aku tetap melayani. Setiap pagi jam 05.00 pagi aku sudah harus mulai bercuap-cup di depan mikrofon radio, jam 08.00 sudah harus berada dengan sejumlah materi yang harus disajikan di depan mahasiswaku sampai jam 2 siang. Sesudah itu dalam kondisi kelelahan aku pulang, mempersiapkan makan siangku sendiri, beristirahat dan jam 7 malam aku sudah harus kembali ada di studio untuk bersiap-siap bercuap di mikrofon radio sampai jam 12 malam. Setiap sabtu, aku harus menempuh perjalanan berkilo-kilo dengan berganti tiga kali angkutan umum untuk menjangkau orang-orang yang harus kulayani di desa. Semua kulakukan untuk Tuhan karena program yang aku asuh di radio juga adalah program rohani. Bersama dengan Paulus, malam ini aku berkata ada 'duri dalam dagingku.'

Aku pernah bertanya kepada Tuhan, mengapa hal ini musti terjadi denganku? Kenapa masih ada kelemahan fisik yang aku alami. Aku khan sudah melayani Tuhan. Kenapa aku tidak diberi kesehatan terus. Tapi pertanyaan bodohku ini dijawab:


Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ”Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna."
[MT]

Tidak ada komentar: