Selasa, 04 November 2008

INFORMASI YANG MULTITAFSIR



Ada dua orang yang mendengar berita tentang seorang sahabat yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Orang pertama adalah seorang pria. Ia berpikir, bagaimana memberi support kepada anak yang baru lahir itu? bagaimana ia bisa memberikan kebutuhan yang diperlukan anak ini untuk masa depannya? Berbeda dengan orang kedua. Ia seorang perempuan. Ia kemudian berpikir, apa nama yang cocok untuk anak itu? Selucu dan seimut apakah anak itu?

Semua informasi selalu akan ditafsir berbeda oleh pribadi, kelompok, latarbelakang suku yang berbeda. Saya teringat sebuah cerita sewaktu masih kuliah di Doulos sesaat sebelum pindah ke STII. Kata kakak-kakak kelas, ada seorang dari kelompok anak Timor yang bersaksi tentang latarbelakang keluarganya. Dalam kesaksiannya itu disebutkan, "mama saya masih hidup, papa saya masih hidup, nenek saya masih hidup, tapi ba'i saya sudah mati." Pada saat menyebut ba'inya mati, beberapa anak Nias tertawa terbahak-bahak sehingga kesaksian yang tadinya haru berubah menjadi ramai. Setelah diselidiki, kata ba'i yang oleh orang Timor berarti kakek, dalam bahasa Nias konon berarti kemaluan laki-laki.

Ternyata informasi yang kita sampaikan bisa multitafsir jika dipengaruhi oleh latarbelakang pendengar. Karena itu, dalam kesempatan menyiar, saya mulai belajar untuk berhati-hati menyampaikan informasi bagi pendengar. Senin kemarin, peristiwa itu terjadi. Teman-teman saya yang menyiar sebelum saya mendapat SMS bertubi-tubi bahwa seorang fans radio kami telah meninggal. Beberapa panik dan informasi ini sempat tersiar di udara. Beberapa teman fans bahkan mengkonfirmasi ke radio. Tapi ternyata info itu salah. Fans yang bernama Haris di Fatukoa masih saja hidup.

Ini warning bagi semua orang yang mau menyampaikan informasi. Lihat dulu latar belakang audience, pastikan bahwa informasi kita tidak multitafsir. Selamat memberi informasi. [MT]

Tidak ada komentar: