Sabtu, 15 November 2008

PETUALANGAN BERBAHASA



Kegemaran saya mendalami bahasa sudah sejak SD dulu. Entah kenapa dulu zaman saya sekolah SD ada lomba bidang studi, dan saya selalu dipercaya mengikuti lomba itu dengan mata pelajaran bahasa Indonesia. Saya sendiri memang dilahirakan di desa yang pengenalan bahasa Indonesianya minim. Namun sejak kecil, orangtua saya yang berbahasa ibu Dawan, selalu membiasakan kami untuk berbahasa indonesia, tentu saja dalam versi Timor. Selain lomba bidang studi itu, saya juga sering mendapatkan nilai yang lumayan selama SD-SMA untuk mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Saat kuliah, theologi adalah pilihan saya. Tetselama kuliah, saya baru tahu kalau pelajaran Bahasa Ibrani dan Bahasa Yunani juga diajarkan.

Pindah dari Kupang ke Lembang Bandung juga menjadi tantangan tersewbdiri bagi saya. Selain harus menyesuaikan bahasa Indonesia Versi Kupang saya dengan bahas Indonesia teman yang lain, saya juga harus mulai memikirkan tentang bagaimana memahami bahasa lokal yaitu bahasa Sunda di Cikidang Lembang Bandung. Di kalangan teman-teman saya dari Timor, tersebar isu bahwa saya memiliki kemampuan bahasa Sunda yang cukup baik. Padahal saya sendiri tidak merasa demikian. Saya hanya merasa bahwa saya sanggup menjawab orang yang berbicara bahasa Sunda. Itu saja.

Dari Sunda menuju Jogja juga membuat kegoncangan tersendiri darisegi bahasa. Bahasa Jawa harus saya dalami. Awalnya saya stress dengan teman saya satu kamar di asrama karena dia selalu berbicara bahasa Jawa dengan saya. Tetapi lam-kelamaan hal itu menantang saya untuk belajar bahasa Jawa langsung kepada orang-orang desa dan membiasakan diri hidup bersama dengan mereka dalam budaya dan kebiasaan mereka di desa.

Tahun 2005, setelah delapan tahun di Jawa saya kembali ke Kupang. Logat saya tentu saja kembali harus disesuaikan dengan orang Kupang agar saya tidak dianggap sok. Setel;ah mengabdi beberapa saat di kampus tempat saya mengajar, pimpinan kemudian mempercayakan saya untuk mengasuh matakuliah Bahasa. Awalnya saya diminta untuk mengasuh matakuliah bahasa Ibrani bagi pemula.Hari ini, adalah kelas perdana saya untuk mengajar bahasa Ibrani II. Puji Tuhan, concern saya dengan bahasa ternyata berlanjut. Semoga Tuhan memberi kekuatan kepadaku untuk mendalami dan suatu saat nanti bisa seperti temanku Ira Mangililo yang mendalami Bahasa ini hingga ke Canada dengan S3nya. Atau Misray Tunliu yang mendalami bahasa Arabnya hingga ke Timur Tengah. Atau minimal seperti Pak Jhony Yahya Sedi,Th.M di STII Jakarta. Semoga.

Dalam kemurahan Tuhan, saya juga dipercaya melayani di suku yang berbeda bahasa dengan saya. Pariti, desa tempat saya melayani ditempati oleh oran Sabu dan Orang Rote dengan bahasa yang berbeda. Memahami mereka dengan bahasa dan budayanya memberi nilai tambah tersendiri dalam petualangan berbahasa saya. Syukur.[MT]

1 komentar:

VIA DOLOROSA mengatakan...

Syalom,

Salam kenal, saya menemukan blog Anda karena cari di google: Pdt. Misray Tunliu, yang namanya diberikan ke saya oleh Pdt. Habel Paidjo. Ternyata hanya 1 situs yang memuat nama beliau. Saya mendapat rekomendasi dari Pdt. Habel Paidjo untuk menghubungi Pdt. Misray Tunliu dalam urusan mendadak karena seorang Pendeta di Sunter butuh bantuan tenaga dari NTT. Saya sudah hubungi beliau via emailnya, yaitu: tuhanyesusbaikbagiku@gmail.com dan sudah menemukan akun FBnya.

Selamat melayani Tuhan Yesus dengan pengurapan yang baru. God bless you!


dr. Habel Marthen Ndoen
Wakil Ketua Kelompok Doa Pokok Kegirangan, Kediri - Jawa Timur