Sabtu, 06 Desember 2008

DAPATKAH ORANG PERCAYA BUNUH DIRI?


(Tulisan ini adalah salah satu tulisan yang saya posting di blog lama saya pada 2 Oktober 2008).Sebelum blog itu saya hapus, tulisan itu saya pindah ke sini.
Pertanyaan pada judul di atas menjadi sebuah pertanyaan yang mengganggu pikiran saya. Paling tidak selama studi di Jogjakarta. Paling tidak, pertanyaan ini muncul karena saya pernah tinggal dan mengabdi di satu daerah yang angka bunuh dirinya dibilang tinggi setiap tahunnya. Gunung Kidul. Di kabupaten yang terletak di selatan Jogjakarta itu, saya membantu melayani segelintir jemaat Kristen. Tepatnya di Dukuh Belang, Desa Terbah, Kecamatan Patuk. Syukurlah, di jemaat ini tidak pernah ada kasus bunuh diri. Tapi saya bertanya, dapatkah seorang percaya bunuh diri? Jawaban atas pertanyaan ini sedikit terungkap saat saya membaca buku karya Charles Caldwell Ryrie berjudul “You Mean the Bible Teaches That.” Ryrie mengatakan:
Dapatkah orang percaya bunuh diri? Tentu saja ia dapat melakukannya, tak pelak lagi orang percaya melakukannya. Tapi beberapa orang mungkin berkata apakah anda yakin bahwa mereka yang bunuh diri adalah sungguh-sungguh orang percaya? Beberapa orang yakin bahwa orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh percaya tidak dapat melakukan bunuh diri, tetapi tidak ada fakta Alkitab yang mengklaim demikian. Beberapa orang yang mempertahankan bahwa seseorang dapat kehilangan keselamatannya berpendapat bahwa jika seorang Kristen mencabut nyawanya sendiri, ia kehilangan keselamatan dan tujuannya adalah lautan api. Bahwasannya orang yang sunggu-sungguh percaya tidak dapat melakukan bunuh diri nampaknya membuka sebuah pertanyaan serius namun hal ini dilakukan banyak orang. Lebih dahulu kita harus memahami bahwa pengalaman bukanlah sebuah tuntunan yang selalu aman. Karena kita tidak bisa memberikan sebuah penghakiman yang pasti tentang orang yang tidak percaya yang bunuh diri.
Adakah contoh-contoh di dalam Alkitab tentang orang percaya yag melakukan bunuh diri? Ryrie memberikan jawaban dengan mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada dalam Perjanjian Baru. Anggapan ini adalah didasarkan pada pendapat bahwa Yudas bukanlah orang percaya. Tetapi di dalam Perjanjian Lama, ada cerita tentang bunuh diri yang dilakukan oleh Raja Saul dengan menggunakan pedangnya sendiri. Apakah Saul adalah orang percaya atau tidak, masih merupakan sebuah perdebatan. Beberapa orang mengambil pernyataan Samuel dalam 1 Samuel 28:19 yang mengatakan bahwa Saul segera bersama dengan anak-anakNya sebagai pernyataan bahwa Saul masuk surga bersama-sama dengan Samuel. Yang lain memahami bahwa pernyataan ini semata-mata bahwa Saul akan segera mati dan pergi ke Sheol yang adalah tempat orang-orang jahat yang sudah mati. Jadi pernyataannya berarti ganda dan kita tidak bisa menyimpulkan bukti bahwa Saul adalah orang percaya yang bunuh diri.
Meskipun demikian, kita mengetahui bahwa orang-orang percaya tidak akan kehilangan keselamatannya karena jenis dosa tertentu. Tidak dapat disangkal bahwa bunuh diri adalah sebuah dosa (karena seseorang membunuh diri sendiri). Tetapi perzinahan dan membunuh orang lain adalah juga dosa yang sama besarnya dengan membunuh diri sendiri. Kita tahu bahwa raja Daud yang melakukan kedua dosa tadi yaitu perzinahan dan membunuh orang lain, tidak akan kehilangan keselamatannya hanya karena ia melakukan dua hal itu (Roma 4:7-8). Darah Yesus Kristus membersihkan kita dari seluruh dosa kita, termasuk bunuh diri.
Setelah membaca tulisan Ryrie, kesimpulannya kembali pada masing masing orang. Dapatkah orang percaya bunuh diri? Menurut aku, mungkin ya. Tapi masuk sorga dan masuk nerakanya orang yang bunuh diri bukanlah sebuah kepastian. Namun seharusnya satu hal yang tegas, Bunuh diri bukan sesuatu yang diizinkan oeh kekristenan.
Pertanyaannya masih menggantung? Komentari…..

Tidak ada komentar: