Rabu, 03 Desember 2008

PROYEK IBRANI II YANG MINIM ALAT



Usaha untuk mengajar di STII Kupang membuat saya untuk kreatif. Semasa kuliah dulu di Jogja, teman-teman saya sering menyebut kata kreatif sebagai singkatan kere tapi aktif. Artinya walaupun miskin peralatan, tetapi harus aktif belajar dan berusaha. Mungkin itu juga yang memacu saya akhir-akhir ini. Untuk mendapat bahan dan alat-alat mengajar, kesulitan sering saya hadapi. Tetapi usaha untuk melakukan yang terbaik tidak pernah terhenti.

Beberapa semester terakhir ini saya dipercaya untuk mengajar beberapa mata kuliah yang rata-rata literaturnya berbahasa Inggris. Walaupun semasa SMU saya memilih kelas bahasa, pernah mengikuti kursus bahasa Inggris dan bahakan ToEFL Preparation, tapi nampaknya itu semua bukan jaminan bagi saya untuk memahami literatur-literatur teologi yang menggunakan bahasa ilmiah teologi.

Saya bersyukur, setelah melewati masa-masa persiapan dan mengajar Bahasa Ibrani I yang sulit, akhirnya saya menyelesaikan satu semester juga dengan mata kuliah itu. Hasilnya menurut saya cukup memuaskan. Paling tidak menurut saya. Sekarang, saya diminta untuk mengajar Bahasa Ibrani II. Bahasa Ibrani I memang tidak terlalu banyak memerlukan literatur, karena sekedar mengajar tulis dan baca juga beberapa aturan dasar kalimat Ibrani dan kosakata. Syukur juga, karena beberapa hal yang sebenarnya saya sebut "kebetulan" walaupun sebenarnya saya sadar di dalam Tuhan tidak ada yang kebetulan. "Kebetulan" yang saya maksud adalah semasa kuliah dulu adalah saya sempat memiliki diktat Ibrani lebih dari satu versi. Versi STII tempo doeloe, versi I3 Batu-Malang, versi Carl Reed,Ph.D dan yang betul-betul saya anggap sebagai "kebetulan" adalah saya pernah ditinggali versi Dallas Theological Seminary milik seorang pendeta yang akan pindah rumah ke Klaten kota. Waktu itu saya masih ada di Klaten. Karena membantu berbenah, buku itu akhirnya diwariskan ke saya, walaupun dalam bentuk copian dan agak lusuh. Syukur untuk semu "kebetulan" itu.

Bahas Ibrani II sekarang lebih rumit. Waktu diminta pertama kali untuk mengajar mata kuliah ini, saya sendiri belum punya panduan dan bahan ajar. Memang ada sedikit bayangan tentang matakuliah ini semasa kuliah dulu. Saya membongkar bahan-bahan saya yang sudah saya "kerduskan" dan akhirnya saya menemukan bahan parsing saya di Ibrani II dulu. Beberapa bahan Mas Samgar Setyabudhi, SKM juga masih saya simpan. Nama ini sekarang sudah menjadi dosen Ibrani setelah menyelesaikan Th.M-nya di STII. Saya kemudian meminta beliau lewat @mail diktat yang saya maksud. Kebaikan hatinya ditunjukan dengan arahan bahwa Ibrani II adalah penerapan sintaktikal dan leksikal Ibrani I. Atas usaha kedua adik saya yang kuliah di UKRIM Yogyakarta, bahan itupun tiba ke saya dan sekarang saya pakai sebagai bahan ajar.

Masalahnya sekarang adalah beberapa bahan yang saya rasa sangat penting tidak ada. Bahan-bahan itu seperti The Septuagint Version of the Old Testament with an Eanglish Translation, The Interlinear Bible: Hebrew - English, Analitical Key to The Old Testament. Satu buku yang penting yang tidak kami miliki adalah The New Brown-Driver-Biggs-Genesius Hebrew and English Lexicon.

Tak ada akar, rotan pun jadi. Begitu pikir saya. Bahan-bahan dari situs SABDA kami sikat habis. Bahkan bersama-sama dengan para mahasiswa, saya berusaha untuk mendorong mereka menggunakan apa yang ada. Parsing-parsing kecil kami lakukan, diskusi-diskusi sederhana kami buat dan saya sendiri bahkan merasa bahwa saya adalah bagian dari mereka yang sama-sama belajar. Mereka tidak sungkan-sungkan mengganggap saya sebagai teman studi. Trimakasih Tuhan. Bahasa Ibrani yang menakutkan bagi mereka dan bagi saya dulu kami buat lebih menyenangkan walaupun kami masih harus sama-sama belajar. Inilah Proyek Ibrani II kami yang minim alat.

Ketika saya menulis kisah ini, saya baru saja menyelesaikan pertemuan dengan mahasiswa untuk menyelesaikan parsing kata-kata tertentu. Semoga hasilnya menyenangkan dan dikenang.[MT]

Tidak ada komentar: