Jumat, 05 Desember 2008

KURSI KOSONG


Foto di atas diambil di depan tempat saya mengabdikan diri saya. Tempatnya memang masih sangat sederhana karena masih merupakan rintisan sekolah para pelayan Tuhan di Kupang. Saya adalah yang duduk di urutan kedua dari samping kiri. Semua kami yang duduk adalah pengajar di tempat saya mengabdi, STII Kupang. Namun keunikan terjadi. Di tengah-tengah kami, ada satu kursi kosong. Pertanda apakah ini?

Saat melihat foto ini beberapa waktu lalu, teman-teman saya memiliki komentar tersendiri. Ada yang mengatakan bahwa ini ada pertanda kurang harmonis di antara kami yang duduk. Tapi bagi saya, foto ini bukan pertanda buruk. Hanya saja kebetulan saat itu pak Esra Soru yang seharusnya duduk di kursi itu sedang mengambil gambar. Itulah satu-satunya alasan yang masuk akal. Karena itu tidak ada alasan untuk menganggapnya sebagai suatu pertanda kurang baik di antara kami para pengajar. Seorang teman saya yang duduk di depan, sekarang telah menjadi pendeta di Sumba. Dialah Pdt. Yahya Keo,S.Th (orang ketiga yang duduk dari kiri).

Sebenarnya, apa makna "kursi kosong" selama ini?

Kompas 21 Juli 2006 menulis tentang kursi Kosong dalam kaitannya dengan pendidikan: "Ada banyak spekulasi tentang banyaknya kursi kosong pada seleksi PSB 2006 Surabaya. Ada yang menyatakan bahwa banyak calon murid yang tidak mendaftar ulang karena tidak punya uang, jarak sekolah terlalu jauh, mutu sekolah tidak lebih baik dari sekolah swasta, dan masih banyak lagi alasan."

Okezone,31 Maret 2008 menyebut: "Kursi kosong Wakil Ketua DPR yang ditinggalkan Zaenal Ma'arif ternyata sangat sulit diisi. Pasalnya sampai sekarang kursi tersebut masih kosong melompong.Menurut Ketua DPR Agung Laksono saat ini ada tiga formula pengisian yang masih diperdebatkan."

Jadi dari dua hal ini, paling tidak kursi kosong berarti ada usaha untuk meraihnya. Apa arti kursi kosong kami di foto ini? Ah... Lupakan saja.[MT]

Tidak ada komentar: